Bismillah, hai hai jumpeu lagi...
Ada yang suka baca dongeng? Alhamdulillah masih banyak ya, terutama para bunda yang ingin bocil-bocilnya bertumbuh kembang dengan baik karena dengan mendongeng ternyata kita bisa menstimulasi kecerdasan anak lho, dongeng juga bisa menambah kedekatan orang tua dengan anak, selain itu biasanya dongeng juga sarat dengan pesan yang baik untuk dijadikan pelajaran hidup anak-anak kita. So, jangan sungkan membacakan dongeng yaa ...
Ini ada contoh dongeng yang bisa dibacakan sebagai penghantar anak-anak tidur, ditulis dengan harapan bermanfaat untuk yang membacanya.
Judul : Misteri Hilangnya Lima Keranjang Wortel
Oleh : Sri Sundari
Misteri Hilangnya Lima Keranjang Wortel
Sri Sundari
Langit mulai
mendung, hujan akan segera turun. Untung saja panen wortel sudah usai. Tapi Pak
Kelinci kelihatan suntuk, hasil panen kali ini sedang menurun. Dia kembali
menghitung keranjang-keranjang wortelnya, hatinya masih tidak percaya hanya
dapat lima keranjang, biasanya sepuluh atau lebih.
“Perasaan tidak
ada hama menyerang, dan Aku selalu merawatnya dengan baik,” gumam Pak Kelinci. Wajahnya
terlihat kecewa, merenggut seperti langit di atasnya. Pak Kelinci merasa jerih
payahnya selama beberapa bulan ini tidak menghasilkan panen yang memuaskan.
Pak Kelinci menghampiri
Pak Marmut yang masih mengumpulkan wortel ke keranjang terakhir.
“Pak, yakin
hasil panennya hanya ini?” tanya Pak Kelinci, nada suaranya terdengar menyelidik. Curiga, jangan-jangan Pak Marmut nekat
mencuri wortel-wortelnya, istrinya baru melahirkan lagi, anaknya semakin banyak pasti butuh banyak bahan
makanan.
“Tentu saja, ini
semua wortel yang saya kumpulkan dari pagi,” jawab Pak Marmut sambil mengusap
keringat di keningnya lalu membuka topi untuk mengipasi tubuhnya yang
berkeringat. Pak Marmut kelihatan lelah sekali. Pak Kelinci merasa kasihan, selama ini Pak Marmut sudah sering membantunya dan selalu bekerja keras. Pak Marmut juga selalu jujur seperti pekerja lainnya.
“Oh, ya sudah.
Panen sudah selesai, ini wortel bagian Pak Marmut,” kata Pak Kelinci sambil
menyerahkan dua kantung besar wortel.
“Terima kasih, Pak
Kelinci. Tapi apakah ini tidak kebanyakan? Panenmu kali ini hanya sedikit.”
“Tidak apa-apa.
Lima karung masih banyak kok, Pak. Cukup untuk persediaan musim ini. Kalau Pak
Marmut sekeluarga masih kurang bahan makanan untuk musim hujan nanti, tinggal
datang saja ke lumbung saya ya.”
“Baiklah, Pak
Kelinci. Terima kasih.”
Pak Kelinci memang terkenal dermawan, dia
tidak pernah merasa memiliki sendiri hasil panennya. Pak Marmut pun segera
pulang dengan gembira. Tinggal Pak Kelinci sendirian, memandangi lima karung wortel
sudah siap naik truknya. Kecewa di
wajahnya masih terlihat.
“Paman, tomatnya
sudah tinggal angkut, semuanya ada lima keranjang,” kata Tikus tiba-tiba datang
dari belakang truk, mengejutkan Pak Kelinci yang masih merenung di depan keranjang-keranjang
wortelnya.
“Iya, Kus,
Terima kasih.”
Tikus mengetahui ada yang tidak beres di
wajah Pak Kelinci.
“Ada apa, Paman?
Sepertinya sedang bingung. Bukankah Paman sedang panen?”
Pak Kelinci menarik nafas panjang, seolah
ingin mengeluarkan beban di dadanya.
“Begini, Kus. Musim panen kemarin
wortel hasil ladangku melimpah sampai sepuluh keranjang, tidak payah seperti sekarang,
kenapa ya? Padahal saya sudah merawatnya dengan baik, tidak pernah telat
menyiram maupun memberi pupuk,” kata Pak Kelinci sambil menopang dagu.
“Kenapa sampai
seperti itu?” tanya Tikus malah balik bertanya.
“Entahlah, baru
kali ini mengalaminya. Apakah mungkin
ada pencurian?”
Tikus berpikir sebentar, melihat
sekeliling kebun wortel.
“Sepertinya
tidak mungkin deh, Paman. Bukankah selama ini tidak pernah ada kerusakan di kebun.”
“Iya sih, tidak
mungkin ada pencuri masuk. Ladangku aman-aman saja, kecuali ....”
“Kecuali apa, Paman?”
“Eehh, tidak ada
apa-apa, Kus.”
Pak Kelinci tidak mungkin menceritakan
kecurigaannya tentang Pak Marmut kepada Tikus, karena dia sendiri tidak ingin terus berburuk sangka kepada Pak Marmut apalagi tidak ada bukti apa-apa.
“Sudahlah,
Paman. Hasil panen yang sedikit tidak akan mengurangi rasa bersyukurmu kan, Paman.
Lihat saja, Paman adalah salah satu yang beruntung diberi kekayaan tanah
pertanian yang luas dan sepanjang tahun menghasilkan panen yang melimpah, bisa memberi
kami pekerjaan dan sering memberi penduduk kampung kita makanan,” kata Tikus, menggembirakan
hati Pak Kelinci.
Pak Kelinci mengusap wajahnya,
“Astagfirulloh
al adzim, kenapa saya lupa ya atas rezeki selama ini. Terima kasih, Kus sudah
mengingatkan.”
Tikus tersenyum,
memperlihatkan gigi-giginya yang putih bersih runcing.
“Ya sudah, saya pamit
ya Paman. Pekerjaan saya di ladang tomat sudah beres. Saya juga sudah membawa tomat
upah bagian saya sesuai perjanjian kita kemarin.” Tikus menunjukkan dua kantung
keresek tomat yang dibawanya.
“Sama-sama,
terima kasih juga kamu sudah membantu panen tomat hari ini. Ini wortel bagian
kamu, berikan kepada Ibumu ya!” kata Pak Kelinci sambil memberikan satu kantung
wortel kepada Tikus.
“Baiklah, Paman.
Sekali lagi terima kasih tomatnya. Berkat Paman akhirnya kami bisa makan tomat.
Ibu saya suka sekali makan tomat, hari ini beliau pasti akan membuat puding tomat,” kata
Tikus sambil melenggang pulang dengan gembira karena membawa banyak makanan.
Sepeninggal Tikus Pak Kelinci berpikir
sebentar, seperti diingatkan oleh perkataan Tikus tadi.
“Hei, apa yang
barusan Tikus katakan? Akhirnya mereka bisa makan tomat? Tentu saja karena baru
kali ini ladangku menanam tomat.”
Pak Kelinci kemudian
memandangi ladangnya yang luas, dan kali ini sudah dibagi dua, tidak hanya untuk
menanam wortel tetapi untuk menanam tomat. Tentu saja hasilnya juga menjadi dua
jenis, tidak hanya wortel, tetapi juga tomat.
Pak Kelinci
tergelak sendiri menyadari kekeliruannya, ternyata lima keranjang wortel yang menghilang
diganti dengan lima keranjang tomat yang segar. Akhirnya Pak Kelinci bisa memecahkan misteri menghilangnya lima keranjang wortel miliknya dan semakin bersyukur atas rejeki panennya lalu segera menaikkan hasil panennya hari ini
ke dalam truk dan akan segera membagi-bagikannya sebagian kepada siapa saja
yang membutuhkan untuk persediaan musim hujan yang akan segera tiba. Kali ini
penduduk kampung tidak hanya mendapatkan
wortel, tetapi juga tomat. Atau bisa memilih, mau wortel atau mau tomat.
Sambil mengemudi
truknya, Pak Kelinci masih saja senyum-senyum sendiri. Rumah pertama yang akan dia datangi adalah
rumahnya Pak Marmut, dia akan memberinya sekantung besar tomat segar sebagai
wujud permintaan maafnya karena tadi sudah sempat berburuk sangka kepada Pak Marmut.
Bersyukur dan berbaik sangka, akan
menambah nikmat yang kita terima.
Ambu... Ambu... Pa Kelelincinya udah tua, ya? Hehe...
BalasHapusIdenya selalu ada dan keren 😀👍
Iya, Kelincinya udah tua, makanya kaya ... wkwkk
Hapus