Rabu, 13 Maret 2019

Dongeng | Misteri Hilangnya Lima Keranjang Wortel



Bismillah, hai hai jumpeu lagi...
Ada yang suka baca dongeng? Alhamdulillah masih banyak ya, terutama para bunda yang ingin bocil-bocilnya bertumbuh kembang dengan baik karena dengan mendongeng ternyata kita bisa menstimulasi kecerdasan anak lho, dongeng juga bisa menambah kedekatan orang tua dengan anak, selain itu biasanya dongeng juga sarat dengan pesan yang baik untuk dijadikan pelajaran hidup anak-anak kita. So, jangan sungkan membacakan dongeng yaa ...
Ini ada contoh dongeng yang bisa dibacakan sebagai penghantar anak-anak tidur, ditulis dengan harapan  bermanfaat untuk yang membacanya.

Judul     : Misteri Hilangnya Lima Keranjang Wortel
Oleh      : Sri Sundari 


Misteri Hilangnya Lima Keranjang Wortel
Sri Sundari

Langit mulai mendung, hujan akan segera turun. Untung saja panen wortel sudah usai. Tapi Pak Kelinci kelihatan suntuk, hasil panen kali ini sedang menurun. Dia kembali menghitung keranjang-keranjang wortelnya, hatinya masih tidak percaya hanya dapat lima keranjang, biasanya sepuluh atau lebih.
“Perasaan tidak ada hama menyerang, dan Aku selalu merawatnya dengan baik,” gumam Pak Kelinci. Wajahnya terlihat kecewa, merenggut seperti langit di atasnya. Pak Kelinci merasa jerih payahnya selama beberapa bulan ini tidak menghasilkan panen yang memuaskan.
Pak Kelinci menghampiri Pak Marmut yang masih mengumpulkan wortel ke keranjang terakhir.
“Pak, yakin hasil panennya hanya ini?” tanya Pak Kelinci, nada suaranya terdengar menyelidik.  Curiga, jangan-jangan Pak Marmut nekat mencuri wortel-wortelnya, istrinya baru melahirkan lagi, anaknya semakin banyak pasti butuh banyak bahan makanan.
“Tentu saja, ini semua wortel yang saya kumpulkan dari pagi,” jawab Pak Marmut sambil mengusap keringat di keningnya lalu membuka topi untuk mengipasi tubuhnya yang berkeringat. Pak Marmut kelihatan lelah sekali. Pak Kelinci merasa kasihan,  selama ini Pak Marmut sudah sering membantunya dan selalu bekerja keras. Pak Marmut juga selalu jujur seperti pekerja lainnya.
“Oh, ya sudah. Panen sudah selesai, ini wortel bagian Pak Marmut,” kata Pak Kelinci sambil menyerahkan dua kantung besar wortel.
“Terima kasih, Pak Kelinci. Tapi apakah ini tidak kebanyakan? Panenmu kali ini hanya sedikit.”
“Tidak apa-apa. Lima karung masih banyak kok, Pak. Cukup untuk persediaan musim ini. Kalau Pak Marmut sekeluarga masih kurang bahan makanan untuk musim hujan nanti, tinggal datang saja ke lumbung saya ya.”
“Baiklah, Pak Kelinci. Terima kasih.”
Pak Kelinci memang terkenal dermawan, dia tidak pernah merasa memiliki sendiri hasil panennya. Pak Marmut pun segera pulang dengan gembira. Tinggal Pak Kelinci sendirian, memandangi lima karung wortel sudah siap naik truknya.  Kecewa di wajahnya masih terlihat.
“Paman, tomatnya sudah tinggal angkut, semuanya ada lima keranjang,” kata Tikus tiba-tiba datang dari belakang truk, mengejutkan Pak Kelinci yang masih merenung di depan keranjang-keranjang wortelnya.
“Iya, Kus, Terima kasih.”
Tikus mengetahui ada yang tidak beres di wajah Pak Kelinci.
“Ada apa, Paman? Sepertinya sedang bingung. Bukankah Paman sedang panen?”
Pak Kelinci menarik nafas panjang, seolah ingin mengeluarkan beban di dadanya.
            “Begini, Kus. Musim panen kemarin wortel hasil ladangku melimpah sampai sepuluh keranjang, tidak payah seperti sekarang, kenapa ya? Padahal saya sudah merawatnya dengan baik, tidak pernah telat menyiram maupun memberi pupuk,” kata Pak Kelinci sambil menopang dagu.
“Kenapa sampai seperti itu?” tanya Tikus malah balik bertanya.
“Entahlah, baru kali ini  mengalaminya. Apakah mungkin ada pencurian?”
Tikus berpikir sebentar, melihat sekeliling kebun wortel.
“Sepertinya tidak mungkin deh, Paman. Bukankah selama ini tidak pernah ada kerusakan di kebun.”
“Iya sih, tidak mungkin ada pencuri masuk. Ladangku aman-aman saja, kecuali ....”
“Kecuali apa, Paman?”
“Eehh, tidak ada apa-apa, Kus.”
Pak Kelinci tidak mungkin menceritakan kecurigaannya tentang Pak Marmut kepada Tikus, karena dia sendiri tidak ingin terus berburuk sangka kepada Pak Marmut apalagi tidak ada bukti apa-apa.
“Sudahlah, Paman. Hasil panen yang sedikit tidak akan mengurangi rasa bersyukurmu kan, Paman. Lihat saja, Paman adalah salah satu yang beruntung diberi kekayaan tanah pertanian yang luas dan sepanjang tahun menghasilkan panen yang melimpah, bisa memberi kami pekerjaan dan sering memberi penduduk kampung kita makanan,” kata Tikus, menggembirakan hati Pak Kelinci.
Pak Kelinci mengusap wajahnya,
“Astagfirulloh al adzim, kenapa saya lupa ya atas rezeki selama ini. Terima kasih, Kus sudah mengingatkan.”
Tikus tersenyum, memperlihatkan gigi-giginya yang putih bersih runcing.
“Ya sudah, saya pamit ya Paman. Pekerjaan saya di ladang tomat sudah beres. Saya juga sudah membawa tomat upah bagian saya sesuai perjanjian kita kemarin.” Tikus menunjukkan dua kantung keresek tomat yang dibawanya.
“Sama-sama, terima kasih juga kamu sudah membantu panen tomat hari ini. Ini wortel bagian kamu, berikan kepada Ibumu ya!” kata Pak Kelinci sambil memberikan satu kantung wortel kepada Tikus.
“Baiklah, Paman. Sekali lagi terima kasih tomatnya. Berkat Paman akhirnya kami bisa makan tomat. Ibu saya suka sekali makan tomat, hari ini beliau pasti akan membuat puding tomat,” kata Tikus sambil melenggang pulang dengan gembira karena membawa banyak makanan.
Sepeninggal Tikus Pak Kelinci berpikir sebentar, seperti diingatkan oleh perkataan Tikus tadi.
“Hei, apa yang barusan Tikus katakan? Akhirnya mereka bisa makan tomat? Tentu saja karena baru kali ini ladangku menanam tomat.”
Pak Kelinci kemudian memandangi ladangnya yang luas, dan kali ini sudah dibagi dua, tidak hanya untuk menanam wortel tetapi untuk menanam tomat. Tentu saja hasilnya juga menjadi dua jenis, tidak hanya wortel, tetapi juga tomat.
Pak Kelinci tergelak sendiri menyadari kekeliruannya, ternyata lima keranjang wortel yang menghilang diganti dengan lima keranjang tomat yang segar. Akhirnya Pak Kelinci bisa memecahkan misteri menghilangnya lima keranjang wortel miliknya dan semakin bersyukur atas rejeki panennya  lalu segera menaikkan hasil panennya hari ini ke dalam truk dan akan segera membagi-bagikannya sebagian kepada siapa saja yang membutuhkan untuk persediaan musim hujan yang akan segera tiba. Kali ini penduduk kampung  tidak hanya mendapatkan wortel, tetapi juga tomat. Atau bisa memilih, mau wortel atau mau tomat.
Sambil mengemudi truknya, Pak Kelinci masih saja senyum-senyum sendiri.  Rumah pertama yang akan dia datangi adalah rumahnya Pak Marmut, dia akan memberinya sekantung besar tomat segar sebagai wujud permintaan maafnya karena tadi sudah sempat berburuk sangka kepada Pak Marmut.

Bersyukur dan berbaik sangka, akan menambah nikmat yang kita terima.









2 komentar:

  1. Ambu... Ambu... Pa Kelelincinya udah tua, ya? Hehe...

    Idenya selalu ada dan keren 😀👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Kelincinya udah tua, makanya kaya ... wkwkk

      Hapus

Dongeng | Cerita Anak | Ketamakan Darko

Bismillah, kembali posting karya yuk! Judul   : Ketamakan Darko Oleh    : Sri Sundari picture by Pixabay/jplenio Ketamakan Dark...